Tradisi Adat Barong Ider Bumi di Gelar Dengan Khidmat Walaupun di Guyur Hujan

Tradisi Adat Barong Ider Bumi di Gelar Dengan Khidmat Walaupun di Guyur Hujan

Kepala Desa Kemiren, Arifin, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya ritual tahun ini meskipun dalam kondisi hujan.

“Kita tetap bersyukur karena hujan adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Arifin menambahkan ritual Barong Ider Bumi merupakan bagian dari upaya pelestarian adat dan budaya.

“Ini merupakan kewajiban kami untuk melestarikan budaya leluhur. Ke depan, kami berharap tradisi ini tetap dilestarikan oleh generasi muda, sehingga budaya dan adat istiadat Osing tetap lestari,” tutur Arifin.

Saat gamelan mulai dimainkan, Barong siap diarak keliling desa dengan iringan masyarakat yang mengenakan pakaian adat. Arak-arakan dimulai dari sisi timur Desa Kemiren menuju bagian barat, menempuh jarak sekitar 2 km.

Baca Juga  Kunjungan Wisatawan di Momen Libur Nataru Meningkat Tajam, Okupansi Hotel Melonjak Tajam

Sepanjang perjalanan, tokoh adat melakukan tradisi sembur uthik-uthik, yaitu menebarkan sekitar 999 koin logam yang dicampur dengan beras kuning dan berbagai macam bunga sebagai simbol penolak bala.

Puncak acara ditandai dengan kenduri massal, di mana warga duduk bersama di sepanjang jalan desa, menikmati hidangan khas Banyuwangi, pecel pithik yang disajikan secara beramai-ramai.

Hidangan ini dibuat dari ayam kampung muda yang dipanggang utuh di perapian, kemudian disuwir dan dicampur dengan bumbu khas yang terdiri dari cabai rawit, terasi, daun jeruk, gula, serta parutan kelapa muda.

Dian Eka Putri Nasution (25), wisatawan asal Surabaya, menyebut atmosfer kekeluargaan dalam ritual ini sangat terasa.